Fungsi Evaluasi
Mengevaluasi’
secara sederhana berarti menguji/memperkirakan nilia dari. Istilah ini seringkali dipakai dengan
tidak tepat sebagai ‘memeriksa’ atau ‘mengukur’ atau ‘menilai’. Namun, evaluasi bergantung pada pemeriksaan atau
pengukuran atau penilaian, yang harus dilkaukan untuk mendapatkan informasi sehingga
evaluasi dapat terlaksana. Secara umum,
istilah ‘evaluasi’ dipakai untuk keseluruhan proses pemeriksaan atau pengukuran
dan penilaian akhir dari nilai.
Istilah ‘penilaian (assesment)
kadang-kadang dipakai sebagai sinonim untuk evaluasi. Dalam konteks ini,
istilah tersebut seringkali dipergunakan dalam hubungannya dengan pengamatan
kinerja siswa sewaktu mereka memperlihatkan ketermapilan atau kemampuan
klinisnya dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan atau para pekerja kesehatan
sewaktu mereka menangani tugas pelayanan kesehatan.
Penilaian kinerja staf merupakan bagian
yang penting dari evaluasi program kesehatan, dan merupakan cara langsung untuk
mengukur mutu pelayanan kesehatan.
Istilah ‘penaksiran’ (appraisal) biasanya lebih
banyak dipakai daripada ‘evaluasi’ dalam hubungnyannya dengan pengkajian ulang
tahunan pengawas terhadap kinerja staf pelayanan kesehatan.
Tujuan manajemen (meningkatkan pencapaian dan kinerja)
dan sifat keputusan keputusan manajemen. Keputusan manajemen yang berkaitan
dengan evaluasi adalah keputusan
yang berhubungan dengan tim kesehatan:
- Efektivitas, atau
pencapaian hasil
- Kinerja kegiatan
-
Efisiensi, atau penggunaan sumber daya secara ekonomis
Karena evaluasi berkaitan pertama-tama dengan efektivitas,
atau pencapaian hasil,
pertanyaan-pertanyaan berikut ini diajukan dahulu:
·
Apakah hasilnya sesuai dengan yang diharapkan?
·
Apakah hasilnya bernilai?
Bila jawaban dari kedua pertanyaan itu adalah ‘ya’,
keputusan yang paling mungkin adalah meneruskan rencana. Bila kedua jawaban itu
adalah ‘tidak’, keputusan berikutnya biasanya adalah mengubah tujuan atau
kegiatan atau keduanya.
Dalam kaitannya dengan kinerja (performance),
seseorang yang melakukan evaluasi menanyakan pertanyaan berikut ini:
·
Apakah hasil yang dicapai telah sebaik-baiknya?
·
Bila tidak, mengapa?
Bila hasil yang telah dicapia adalah hasil yang
sebaik-baiknya, keputusan tidak akan diubah. Namun, bila hasil
kurang dari yang diharapkan semula, keputusannya adalah mengubah rancangan kegiatan atau
penggunaan staf atau sumber daya lain.
Akhirnya, berkaitan dengan efisiensi, pengevaluasi
menanyakan:
·
Dapatkah hasil yang sama dicpai dengan biaya yang lebih
sedikit?
·
Bila ya, dengan mengganti sumber daya yang mana dari yang telah
digunakan?
Bila hasil dapat dicapai dengan biaya yang lebih murah,
maka keputusan berikutnya adalah menggunakan sumber daya dengan lebih hemat
jenis keputusan ‘kontrol’ seperti ini dapat diambil, misalnya dalam
mempersiapkan anggaran kerja tahunan.
Sebelum melakukan ke pengkajian ulang fungsi manajemen
dalam evaluasi, ada baiknya ditekankan bahwa evaluasi dapat dilakukan pada
waktu yang berbeda dan dalam cara yang berlainan, tetapi tetap mengikuti
beberapa prinsip umum.
Pendekatan umum dalam evaluasi adalah sebagai beirkut:
-
Pengukuran atas pencapaian yang diamati
-
Perbandingan dengan norma, standar, atau hasil yang diinginkan
-
Penilaian saapai sejuah mana sejumlah nilai dapat
dipenuhi
-
Analisis penyebab kegagalan
-
Keputuan (umpan balik)
Dalam praktek, sebuah tim kesehatan mencoba mencapai
banyak dan beraneka kebutuhan (needs) masyarakat dan mencoba
untuk memuaskan tuntutan (demans) yang paling mendesak. Tim juga
harus memperhatikan masalah-masalah yang merupakan prioritas nasional, sehingga harus
menetapkan target operasional dan dalam berbagai bidang program
(misalnya gizi, penyediaan air, penyakit menular, kesehatan keluarga), serta kernagka
waktu (time frame) pencapaiannya. Efektivitas mencakup semua aspek
fungsi tim, dan evaluasi harus berkaitan dengan keseleruhannya, asalkan
dapat diperoleh informasi yang sahih dan relevan, dari catatan atau dari pengukuran atau melalui penilaian
dengan biaya dan usaha yang masuk akal.
Dengan demikian, cara pengukuran efektivitas harus dipilih dengan cermat. Sebelum
pengukuran efektivitas untuk mengevaluasi program dimulai, pertanyaan berikut
ini harus diajukan:
·
Rencana atau keputusan pelaksanan apa yang akan terpengaruh oleh temuan
ini?
·
Bagaimana temuan ini akan digunakan untuk mengambil keputusan
·
Bagaimana, dan sejauh mana, penerapan keputusan
dapat meningkatkan efektivitas?
3.1
Mengevaluasi Pencapaian
Mengevaluasi efektivitas suatu program adalah menentukan
nilai dari hasil yang dicapai oleh tim kesehatan. Evaluasi memerlukan diadakannya
pengukuran sejauh mana masyarakat mendapatkan pelayanan yang direncanakan untuk
memenuhi kebutuhan mereka, dan menilai beberapa besar keuntungan yang mereka
dapat dari pelayanan ini. Informasi yang
dikumpulkan dipakai untuk memperbaiki kuantitas, kualitas, eksesibiltas,
efisiensi, dan lain sebagainya, dari pelayanan.
Dua pertanyaan harus diajukan:
·
Apakah hasil yang dapat merupakan hasil diharapkan?
·
Apakah hasil-hasil itu berarti/bernilai?
Pendekatan umum
dalam evaluasi (dalam hal ini, untuk efektivitas) terdiri dari kelima langkah
berikut ini:
-
Menentukan aspek apa dari program yang
akan dievaluasi dan bagaimana cara pengukuran efektivitas.
-
Mengumpukan informasi yang diperlukan untuk memberikan
bukti
-
Membandingkan hasil dengan target atau tujuan
-
Menentukan apakah dan sejauh mana target dan tujuan
telah dicapai
-
Menetapkan apakah proram akan diteruskan tanpa
perubahan, diubah, atau dihentikan.
Evaluasi sering diartikan sebagai fungsi yang terus menerus, tetapi dalam bab
ini, akan dibahas evaluasi terhadap program tunggal dalam peirode waktu yang terbatas
(misalnya, dalam mempersiapkan
laporan tahunan). Evaluasi dilakukan oleh staf kesehatan, yang diharapkan akan
mengumpulan dan menganalisis informasi yang diperlukan sebagai dasar
untuk evaluasi.
Memutuskan apa yang Akan Dievaluasi dan Bagaimana
Efektivitas Akan Diukur
Pada prinsipnya, sebuah rencana harus merinci
bagaimana cara setiap program atau kegaitan yang ada didalamnya akan dievaluasi
dan hal-hal apa yang akan dianggap sebagai bukti pencapaian tujuan. Misalnya, bila rencana berisi sasaran berikut
ini:
“pada akhir tahun 1996, indisendi tetanus neonatorum di
21 desa dalam wilayah jaya akan bekrurang menjadi 1 setiap 1000 kelahiran hidup
dari insidensi sekarang (1992) yaitu 5 setiap 1000 kelahiran hidup”
“Pada tahun 1996, semua penduudk di wilayah akan
mendapatkan cukup kesempatan untuk mendapatkan pelayanan
dalam bidang pencegahan (sesuai dengan kriteria aksesibilitas yang telah
ditentukan sebelumnya).
Juga harus dicantumkan pencapaian sasaran yang
akan diukur berupa: (a) insiden tahunan (yakni jumlah kasus) tetanus
nenoatorum dalam tiap 1000 kelahiran hiup; (b) angka penurunan insidensi dari
satu tahun ke tahun berikutnya; dan (c) pembayaran kasus baru di antara 21
desa. Dengan demikian, variabel (a), (b) dan (c) merupakan ukuran langsung
atas efektivitas program. Penggunaan ukuran-ukuran ini selama periode
dalam rencaaa tersebut akan
menunjukkan kemajuan yang telah dibuat dalam menurunkan insidensi tetanus
nenatorum (yakni memantau). Pada akhir periode hal ini akan tampak
apakah target telah dicpaai atau masih ada yang harus dikerjakan.
Apabila sewaktu perencanaan target sementara tidak
ditetapkan, mereka yang bertanggung jawab memantau dan mengevaluasi
harus memutuskan pada permulaan program informasi apa yang harus dikumpulkan
untuk memantau dan mengevaluasi program. Idealnya, infomasi dasar
(misalnya, insidensi tahunan dan penyebaran tetanus, neonatorum sebelum target
ditetapkan) harus didapatkan dahulu. Namun, informasi ini mungkin
harus dikumpulkan atau dikonfirmasi pada tahap awal program, dan bila perlu diubah
sesuai kebutuhan. Bila tidak, akan sulit ditentukan dengan pasti apakah
insidensi memang menurun atau apakah penurunan insidensi itu disebebkan oleh program
yang berjalan.
Mengumpulkan
Informasi yang Diperlukan
Pada evaluasi, informasi yang dibutuhkan untuk memantau
dan mengevaluasi kemajuan harus selalu tersedia sepanjang periode waktu yang
direncanakan. Dengan demikian, sesuai dengan tujuan dalam contoh ini, setiap
kasus tetanus nenatorum harus dilaporkan kepada kelompok pemantau dan pengevaluasi,
dan harus dibuat pengaturan tertentu agar informasi dapat diperoleh secara teratur dalam jangka
waktu tertentu (misalnya sekali seminggu, atau dalam tanggal tertentu
setiap bulan).
Harus ada seseorang
(misalnya petugas
kesehatan sukarela) di tiap desa yang bertanggung jawab mencatat
dan melaporkan informasi tersebut,
dan seorang anggota staf pusat kesehatan (misalnya kesehatan
masyarakat) yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah informasi pada setiap
akhir jangka waktu tiga bulan.
Membandingkan Hasil
dengan Target atau Tujuan
Pada tiap titik pemantauan (misalnya setiap 3 bulan atua pada
kahir tahun), informasi yang dikumpulkan harus dibandingkan dengan target yang telah
ditetapkan untuk periode atau waktu tertentu dan untuk tiap-tiap daerah. Informasi sebaiknya
dipaparkan dalam sebuah tabel yang memperlihatkan data-data bedasarkan tahun (atau
jangka waktu lainnya yang telah ditetapkan) dan tempat (misalnya tiap desa di
wilayah). Angka yang terekam dalam tabel harus diubah menjadi
angka perbandingan (persen atau perseribu) untuk memudahkan pembandingan,
kecuaai bila target itu sendiri
dinyatakan dalam angka bukan perbanidngan.
Melanjutkan contoh
tetanus neonatorum tersebut,
tiga angka sederhana ini akan memungkinkan perbandingan antar hasil
yang dicapai dengan target
yang ditetapkan.
-
Sejumlah otal kasus tetanus neonatorum setahun yang
timbul di seluruh wilayah
dibandingkan dengan target pada tahun itu.
-
Jumlah kasus tetanus neonatorum setahun yang timbul di
masing-maisng desa dibandingkan dengan jumlah yang timbul pada tahun sebelumnya
-
Yang dihitung pada akhir periode rencana, inssidensi
rerata (rata-rata) tetanus neonatorum setahun di tiap-tiap desa (yaitu
jumlah total kasus di tiap-tiap desa selama periode rencana lima tahun, dibagi
lima)
Membandingkan angka-angka di atas tahun ketahun akan
menunjukkan apakah jumlah total kasus di wilayah itu menurun sesuai dengan
kecenderungan yang
ditargetkan; apakah ada desa yang memiliki kasus tenatus neonataorum lebih
banyak daripada sebelumnya dan oleh karenanya harus mendapatkan perhatian lebih
besar; dan pada ahir periode, apakah ada desa yang selalu memiliki
insidensi tetanus neonatorum lebih tinggi daripada lainnnya, yang menunjukkan
tidak meratanya
aksesbilitas, distirbusi atau kualiatas pelayanan.
Waktu untuk membuat pembandingan ini dapat pada kuartal
terakhir setiap tahun
anggaran, agar dapat dibuat perubahan anggaran para tahun berikutnya. Tugas itu
dibebankan pada, katakanlah,
bidan perawat wilah yang bertanggung jawab untuk kasus tetanus neonatorum; temuan
harus dilaporkan kepad manajemen wilayah, sebaiknya dalam bentuk
tabel dan kesimpulan tetrulis.
Menentukan Derajat
Nilai hasil yang Telah Dicapai
Setelah dibuat pengukuran dan pembandingan, kelompok
pengevaluasi harus memberikan penilaian kepada masyarakat tentang
apa yang telah dicapai. Dalam contoh yang dipakai di sini, ini hanya berupa apakah insidensi
tahunan dan total, tetanus neonatorum telah diturunkan sampai angka target
yang ditentukan, dan apakah norma distribusi (misalnya, tidak lebih
dari satu kasus di tiap desa) telah tercpaai.
Dengan demikian, bila prinsip “manajemen dengan pengecualian diterapakan, mungkin
tidak ada lagi hal-hal yang perlu dibahas. Namun, biasanya dianjurkan untuk
mengadakan pertemuan dengan mereka yang merencanakan dan
menjalankan pelayanan serta dengan anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mendiskusikan
hasil-hasilnya dan bagaimana hasil tersebut dipeorleh, walaupun tujuan atau
target telah tercapai. Misalnya, mungkin target dapat dicapai lebih cepat
tanpa perlu usaha tambahan, atau
untuk mencapai hasil yang lebih
baik dengan usaha yang sama. Pengalaman yang didapat dari pencapaian target atau
tujuan akan berharga untuk program lainnya.
Bila hasil yang didapat jauh berbeda di bawha yang
diharapkan, penyebabnya harus dicari dan dianalisis. Analisis ini harus
diadakan sebelum laporan tahunan dibuat, sehingga tindakan perbaikan dapat
diajukan kepada tingkat yang lebih tinggi atau kepada pengawas. Diskusi harus
melibatkan seorang anggota tim kesehatan, seorang sukarelawan kesehatan dari desa atau
daerah yang mengalami kegagalan, dan seorang wakil masyarakat yang berkepentingan.
Memutuskan apa Yang
akan Dilakukan Selanjutnya
Para prinsip ‘manajemen dengan pengecualian’ tidak
keputusan baru yang perlu diambil bila terget dan tujuan telah tercapai dengan
memuaskan, selain melanjutkan
kegiatan seperti sebelumnya. Tentu saja, tujuan dan target dapat melanjutkan
kegiatan seperti sebelumnya. Tentu saja,
tujuan dan target dapat ditetapkan terlalu rendah, dan hal ini harus dipikirkan
bila target tersebut terbukti mudah dicapai. Namun, bila
pencapian tidak memuaskan, satu jenis keputusan yang harus dibuat mungkin
adalah menyelidiki dengan seksama penyebab kegagalan itu melalui penilaian, penaksiran
kinerja staf, audit manajemen, atau lainnya.
Suatu jenis keputusan yang lain dapat beurpa pemindahan staf atau
sumber daya untuk memperkuat usaha ke tempat yang memerlukan.
3.2
Mengevaluasi Kemajuan Pekerjaan
Kemajuan pekerjaan dievaluasi untuk mengukur tingkat
efisiensi tim kesehatan, yaitu untuk mengetahui apakah tim telah menyelesaikan
pekerjaan yang ditugaskan untuk mencapai target (kuantitas), apakah mutu
pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan dan apakah pekerjaan diselesaikan tepat waktu,
dan apakah terjadi pemborosan anggaran atau tidak.
Pertanyaan dasar yang perlu diajukan
adalah:
·
Apakah hasilnya sesuai dengan yang diharapakn
·
Bila tidak, mengapa?
Evaluasi efisiensi meliputi lima langkah serupa seperti yang
telah dibicarakan dalam seksi 3.1:
-
Memutuskan aspek-aspek apa dari porgam yang akan dipakai
untuk mengevaluasi efisiensi, dan bagaimana cara mengukur atau menilai efisiensi.
-
Mengumpukan infomasi yang diperlukan untuk mengukur pencapaian
-
Menentukan nilai kerja yang telah dicapai
-
Menentukan apa yang akan dilakukan selanjutnya
Menentukan Apa yang Akan Dievaluasi dan Memilih Ukuran
Efisiensi Opersional
Biasanya,
suatu rencana kegiatan memberikan garis besar tentang kerja tim kesehatan. Rencana itu berisi daftar tentang kegiatan-kegiatan
yang perlu (pelayanan yang harus diselenggarakan, tugas pengembangan dan
tugas-tugas penunjang), menyatakan apa yang harus yang harus dicapai, siapa
yang harus mengerjakannya dan kapan tiap-tiap kegiatan itu harus dilaksanakan, dan
memperhatikan bagamana tiap kegiatan akan
berhubungan dengan yang lainnya.
Bila hal ini
telah selesai dikerjakan, tidaklah sulit untuk memantau dan mengevaluasi
efisieni tim. Pertanyaan yang akan
diajukan adalah:
·
Apakah kegiatan-kegiatan yang direncanakan telah
terlaksana
·
Apakah merek mencapai targetnya?
·
Apakah mereka melaksanakan tepat pada waktunya dan oleh
staf yang ditunjuk serta menggunakan sumber daya lain?
Bila rencana
kegiatan tidak merinci kegiatan tim, dan sebagian besar pekerjaan telah
terselesaikan, pemipin tim
harus memutuskan apakah ada alasan kuat tetap mengevaluasi efisiensi kinerja
tim. Bila terdapat alasannya, mereka yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi
harus menyusun daftar semua kegiatan yang harus diselesaikan dan apa yang harus
mereka capai. Ini
merupakan sumber daya mana yang berperan dalam keberhasilan kegiatan atau, bila
kegiatan tidak memenuhi target, sedikit yang dapat diperiksa, maka kegiatan
tersebut harus dipilih dengan cermat. Kriteria pemilihan kegiatan dapat
berupa, misalnya kegiatan tersebut harus selesai sebelum sejumlah kegiatan
beirkutnya dapat dimulai, atau kegiatan harus menggunakan sejumlah besar sumber
daya yang penting.
Kegiatan-kegiatan
yang akan dievaluasi harus dipilih dari antara yang terdapat dalam daftar setidaknya satu
tahun sebleumnya pelaporan. Kegiatan ini harus dipilih dalam daftar setidaknya
satu tahun sebelum pelaporan. Kegiatan ini harus dipilih oleh anggota staf yang
bertugas menangani tetanus nenatorum-mungkin bidan perawat kesehatan
masyarakat. Kegiatan-kegiatan, terpilih
harus dikaji ulang oleh mereka yang selanjutnya akan berpesan serta dalam
mengumplkan dan menganalisis informasi, untuk menjamin bahwa informasi
lapangan yang diperlukan dapat dikumpulkan.
Mengumpulkan Informasi yang Diperlukan
Hasil kegiatan
(keluaran/output operasional) dapat diukur dengan berbagai cara. Dengan demikian, pada contoh di atas,
‘melatih uang para DB)’ dapat diukur dengan melihat jumlah yang dilatih setiap
bulannya, jumlah otal yang terdapat ditiap desa, atau jumlah mereka yang telah
lulus dari sejumlah ujian ketermapilan. Keluaran operasional “ibu-ibu yang telah diimunisasi” dapat
dinyatakan sebagai jumlah atau persentase dari wanita hamil di tiap desa atau
wilayah. Keluaran operasional ‘penyebaran pesan-pesan’ dapat diukur melalui
medianya (surat kabar, radio dan sebagainya), pada penerima akhirnya (ibu hamil
yang dapat dicapai) atau pada sejumlah titik tengah/antara (kepala desa yang
meneruskan keterangan itu). Pencapaian
biasanya diukur dengan cara seperti yang dapat dihubungkan dengan target yang
telah ditetapkan. Bila terdapat pilihan, pencapaian yang akan diukur haruslah
yang dapat diukur lebih mudah (atu lebih murah), asalkan kemudahan pengukuran
itu tidak menghasilkan keterangan yang tidak dapat dipercaya.
Misalnya:
Di Wilayah Jaya, telah diputuskan untuk
menggunakan tiga variabel untuk mengukur kemajuan kerja tim kesehatan: (a)
jumlah tahunan wanita hamil yang diimunisasi, dinyatakan dalam persentase dari
jumlah total wanita hamil, (b) jumlah tahunan penambahan para DB yang dilatih
ulang, dan (c) perbandingan jumlah kepala desa yang menyampaikan/meneruskan
lima atau lebih pesan. Keputusan ini memerlukan pemantauan terus menerus
imunisasi di semua klinik antenatal dan perkiraan jumlah total kehamilan dalam
setahun; pencatatan para DB yang dilatih ulang pada tiap-tiap kursus, perkiraan
jumlah DB yang berpraktek pada suatu saat tertentu; dan mengadakan survai
terhadap semua kepala desa sekali setahun.
Contoh ini membicarakan informasi yang akan dikumpulkan. Tiga
tugas pengumpulan, pencatatan, dan pelaporan serta pengolahan dapat dilimpahkan
kepada staf yang bertanggung jawab atas kegiatan, pelayanan, pelatihan dan
pendukung. Saat kegiatan dapat ditetapkan, contohnya, setiap bulan untuk
pengumpulan dan pelaporan, setiap kuartal untuk pengolahan dan
setahun sekali untuk pemeriksaan bersama.
Membandingkan pencapaian dengan norma dan target
Karena
pencapaian dapat dibandingkan dengan norma dan target, informasi yang tersedia
atau berhasil dikumpulkan harus dibuat dalam daftar, untuk menunjukkan hasil
kegiatan pelatihan, imunisasi dan komunikasi dibandingkan norma dan target
masing-masing. Untuk kepentingan
evaluasi tahunan, tabel seperti itu harus menunjukkan haisl yang dicapai dalam
setahun penuh. Lebih lanjut, untuk mengetahui tempat penyelenggaraan kegiatan,
hasil yang ada juga harus dipresentasikan untuk tiap desa atau daerah.
Bila norma dan target telah dinyatakan sebagai angka atau rasio, tabel itu
harus menunjukkan baik angka dominator maupun angka nominatornya. Pada contoh
adi atas, dominatornya adalah jumlah wanita hamil di desa dan jumlah DB yang
terdaftar dan berpraktek, dan nominatornya adalah jumlah wanita yang
diimunisasi dan jumlah DB yang dilatih ulang. Dengan demikian
dapatlah dinyatakan tingkat cakupan imunisasi dan perbandingan dari DB yang
dilatih ulang.
Untuk memantau kemajuan kegiatan yang harus diselesaikan sebelum tanggal
tertentu, mungkin perlu disiapkan tabel tiap bulannya untuk memperlihatkan
posisi pada akhir tiap-tiap bulan atau kuartal.
Misalnya:
Untuk wilayah Jaya, tabel semacam itu
dapat memperlihatkan apakah program pelatihan ulang DB telah mencapai target di
wilayah secara keseluruhan, didesa mana pelatihan para DB yang berpraktek telah
selesai, dimana yang masih berjalan dan di mana yang baru akan dimulai. Dengan
cara yang sama, untuk imunisasi, tabel yang berurutan seperti itu akan
menunjukkan cakupan wilayah, cakupan di tiap desa, di mana target telah
dicapai, di mana belum tercapai, dan dimana kegiatan belum dimulai. Penyampaian
pesan kepada masyarakat harus juga dikemukakan dalam tabel yang memperlihatkan
desa-desa mana yang telah tercakup dengan baik, yang mana yang kurang tercakup
dan yang belum tercakup.
Berdasarkan tabel-tabel seperti itu, hasil yang ada dapat juga
dicantumkan pada peta untuk menunjukkan pola geografis kemajuan kerja dan pola
pencapaian target. Hal ini dapat
membantu menemukan faktor-faktor apa yang membantu atau menghambat kinerja tim.
Menilai derajat pencapaian target
Bila informasi
telah dianalisis dan dikemukakan dalam bentuk tabel seperti yang telah
diuraikan di atas, masing-masing target dapat dikaji ulang baik secara terpisah
atau dalam hubungannya dengan yang lain. Pencantuman hasil-hasil di peta
membantu para pengevaluasi menentukan seberapa jauh/besar norma dan target yang
ditentukan telah tercapai di wilayah secara keseluruhan. Tabel bulanan atau
kuartalan yang berurutan dapat menunjukkan seberapa jauh target telah tercapai
dalam waktu tertentu.
Dapat terjadi bahwa
suatu kegiatan yang sedang diukur tampaknya cukup memuaskan dalam kaitannya
dengan target yang hendak dicapai, tetapi kegiatan-kegiatan lainnya tertinggal.
Misalnya:
Di beberapa desa di Wilayah Jaya,
ditemukan bahwa penelitian DB dan penyebaran pesan oleh kepala desa telah
mencapai batas yang diharapkan (target), tetapi cakupan imunisasi berada jaug
di bawah angka rerata wilayah.
Di sini mungkin sebaiknya dipelajari hubungan antara
ketiga kegiatan di desa-desa lain.
Penelitian seperti ini dapat menunjukkan bahwa sekelompok desa tertentu
yang letaknya saling berdekatan, mempunyai hasil yang sama.
Misalnya:
Sejumlah desa di sebelah timur laut
wilayah Jaya memperlihatkan hasil yang sama: pesan disebarkan dengan baik,
cakupan imunisasi memuaskan, tetapi tidak ada kegiatan pelatihan.
Hal ini
mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang menganggu atau menggantikan kedudukan
pelatihan ulang para DB. Keadaan ini harus diteliti dalam diskusi dengan para
pekerja kesehatan yang bertugas dan dengan masyarakat desa. Dengan demikian hasil-hasil dapat dinilai
berdasarkan pemahaman yang mendalam mengenai keadaan setempat.
Dalam menilai
kemajuan kerja dan hasil operasional, ada baiknya juga dipertimbangkan
hasil-hasil program (yakni efektivitas), seperti telah dibicarakan dalam seksi
3.1 di atas. Hasil/keluaran operasional
bukan merupakan titik akhir tetapi merupakan cara untuk mencapai hasil yang
lebih baik, misalnya tidak ada lagi kasus tetanus neonatorum. Analisis dan diskusi harus menunjukkan apakah
hasil yang baik merupakan hasil akhir (outcome) dari pencapaian yang
baik dan sebaliknya, apakah kemajuan kerja yang baik secara otomatis berarti
haisl yang baik. Ini juga mungkin
memperlihatkan apakah suatu kegiatan (misalnya imunisasi) lebih sering
dihubungkan dengan hasil yang baik daripada kegiatan lain.
Jenis analisis
semacam ini sangatlah penting: harus ditugaskan staf dan disediakan waktu yang
memadai untuk itu. Bila informasi yang terdapat dalam tabel dapat dipercaya dan
sahih, waktu yang dihabiskan untuk mengartikan dan memahaminya akan lebih
efesien. Mereka yang terlibat dalam
analisis mempelajarinya dan seluruh tim harus mempelajarinya. Kesimpulan yang didapat harus disampaikan
kepada pengambil keputusan yang mengontrol program di tingkat yang lebih
tinggi, dan kepada staf serta kepala desa atau komite kesehatan yang berperan
serta untuk persiapan langkah berikutnya dan langkah akhir.
Menentukan langkah selanjutnya
Pada tahap ini
diperlukan dua jenis keputusan – apakah kinerjanya yang harus dinilai lebih
lanjut, dan apakah programnya yang perlu diperbaiki. Untuk mengadakan penilaian
kinerja lebih lanjut secara lebih mendalam, pemimpin tim dapat menugaskan seorang
anggota staf untuk mempelajari bahan-bahan yang tersedia sebagai suatu cara
untuk menilai kinerja staf (lihat seksi 3.3 dibawah ini). Mengenai perbaikan program, pemimpin tim
dapat menunggu hasil penilaian kinerja staf, atau langsung mengemukakan sejumlah
perubahan atas program itu.
Misalnya:
Di Wilayah Jaya, pemimpin tim dapat:
-
Menjadwalkan pekerjaan sedemikian rupa sehingga ketiga
komponen kegiatan (pelatihan, penyebaran informasi, dan imunisasi)
terkoordinasi dengan baik, yakni menjamin bahwa di desa-desa di mana salah satu
komponen telah tercapai (misalnya pelatihan DB), yang lain juga terlaksana dan
sebaliknya.
-
Mengubah beberapa perintah kerja DB, dan merancang
kembali kurikulum pelatihan ulang yang terkait, sehingga imunisasi terhadap
wanita hamil mendapatkan perhatian yang diperlukan, atau menawarkan sejumlah
imbalan kepada para DB untuk meningkatkan permintaan terhadap imunisasi.
3.3
Menilai kinerja staf
Perlu diingat
bahwa tujuan utama evaluasi adalah belajar dari pengalaman, sehingga program
dapat diperbaiki. Kinerja staf dinilai agar staf dapat belajar dari pengalaman
dan oleh karenanya dapat meningkatkan atau mempertahankan kinerjanya yang baik.
Satu tujuan khusus dari penilaian kinerja staf adalah
agar dapat diambil keputusan mengenai kebutuhan belajar staf. Dua pertanyaan
dasar yang diajukan sangat serupa dengan yang berkenaan dengan mengevaluasian
percapaian dan kemajuan kerja, tetapi di sini berkaitan dengan kinerja staf.
·
Apakah hasil yang dicapai sebaik yang
seharusnya?
·
Bila tidak, mengapa tidak?
Proses peilaian juga melibatkan lima langkah berikut ini:
-
Menentukan aspek kinerja apa yang akan dinilai
-
Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menilai
kinerja
-
Membandingkan dan norma yang relevan
-
Menilai derajat pencapain norma
-
Menentukan langkah selnajutnya
Harus
ditekankan, baik kepada penilai serta kepada anggota staf yang kinerjanya sedang
dinilai, bahwa penialian kinerja tidak diamksudkan untuk menari-cari kesalahan
staf, sekalipun hasilnya jauh di bawah dari apa yang diharapkan. Lebih daripada
itu, penilaian harus dipahami dan dianggap sebagai cara untuk membantu anggota
satf untuk berprestasi seefisien mungkin dan agar merasa puas bila ia mencapai
hasil yang diharapkan. Seperti kegiatan-kegiatan evaluasi lainnya, harus dibuat
aturan yang menyatakan siapa yang bertanggung jawab mengadakan panilaian,
tanggal pelaksanaan penilaian, jangka waktu penilaian, informasi yang
dipelrukan untuk mengadakan penilaian, dan informasi yang diperlukan dari
pernilaian (misalnya, laporan penilaian kinerja).
Penentuan Apa yang
Akan Dinilai dan Memilih Indikator
Terdapat tiga dokumen yang biasanya menjelaskan semua
fungsi, tugas atau kegiatan yang harus merupakan subyek kinerja. Ketiganya adalah:
-
Uraian pekerjaan (job description)
-
Rencana kerja atau pembagian kerja, jadwal kerja, atau
petunjuk kerja)
-
Petunjuk prosedur teknis
Petunjuk
prosedur teknis biasanya menjelaskan secara rinci bagaimana suatu tugas dengan
muatan teknis yang tinggi akan dikerjakna; ontoh tugas-tugas seperti itu adalah
imuniasiasi, memimpin lokakarya, menulis bahan-bahan pendidikan kesehatan. Bila uraian pekerjaan,
rencana kerja, dan petunjuk prosedur teknis telah disipakan dengan baik,
uptodate dan telah diikuti secara cermat, penilaian kinerja langsung dapat
dilaksnakan. Namun, bila hal-hal
tersebut belum disiapkan secara rinci, penilaian kinerja dimulai dengan
memastikan uraian fungsi, kegiatan, dan tugas staf dari manajemen, staf,
bawahan, atau pengguna jasa pelayanan, sebagaimana mestinya.
Jarang
terjadi pemahaman dan persetujuan yang sempurna di antara mereka yang terkait
langsung, dan hal ini menyebabkan penilaian kinerja merupakan tugas yang sulit
dan kesimpulannya tidak tentu. Bagaimanapun, penilai harus memilih
sejumlah tugas dan kegaitan secara terbatas (sampai lima buah,
katakanlah) sebagai dasar penilaian kinerja staf. Pilihan tersebut haruslah merupakan tugas dan
kegaitan yang berperan sangat besar terhadap efisiensi dan efektivitas tim,
misalnya pengorganisasian, pengkoordinasian, pemantauan dan pengendalian.
Misalnya:
Dalam kasus bidan perawat yang
bertanggung jawab mengednalikan tetanus neonatarum di Wilayah Jaya, fungsi, kegiatan dan tugas
yang dikerjakannya berkaitan dengan program itu adalah:
-
Pengorganisasian
-
Pengkoordinasian
-
Pemantauan
-
Pengendalian
Kinerjanya harus dinilai berdasarkan:
(a)
Hasil yang dicapai
(b)
Pelayanan yang diselenggarakan
(c)
Pada db yang telah dilatih
(d)
Pesan-pesan yang telah smapai kepada masayrakat
Dengan demikian, penialian kinerjanya
dilakukan berdasarkan hal berikut ini:
Dalam
pengorganisasian berdasarkan *c) dan *d),
penyelesaian waktu kursus pelatihan ulang para DB dan penyebaran pesan-pesan
Dalam
pengkoordinasian berdasarkan
(b), 9c) dan (d) perbandingan jumlah desa yang telah mencapai target pelayanan,
pelatihan ulang para DB, dan penyebaran pesan
Dalam pemantauan berdasarkan (a) dan (b),
ketersediaan statistik tetanus neoantorum dan mengenai imunisasi, dari seluruh
bagian wilayah.
Dalam pengendlaian berdasarkan pengelolaan sumber
daya dan persediaan, sehingga pekerjaan tidak terhambat karena kekurangan dana
atau vaksin, misalnya.
Pada penunjukan anggota staf, dan setiap
tahun sebagai bagian dari proses perencanaan, pemipin tim dan anggota tim lain
secara bersama-sama harus menyepakati norma dan target bersama sehingga tidak
ada lagi keragu-raguan mengenai kinerja yang diharapakan, baik tim secara
keselurhan maupun anggota secara perorangan.
Mengumpulkan Informasi yang Diperlukan
Informasi yang
diperlukan untuk mengukur
kinerja bisa didapatkan dari catatan rutin atau perlu dikumpulkan. Jadi, pada
contoh di atas, informasi yang diperlukan akan mencakup tanggal selesainya
kursus yang direncnakan serta penyebaran pesan-pesan, perbandingan jumlah
wnaita hamil yang telah diimunisasi dan jumlah kasus tetanus neonatarum yang
timbul selama jangka waktu yang diamati, dan jumlah desa tempat target
pelayanan, pelatihan, dan penyebaran pesan telah dan belum tercapai.
Misalnya:
Akan terdapat rutin mengenai
tanggal-tanggal penyelesaian kursus pelatihan ulang para DB, mengenai des-desa
yang telah mencapai target pelayanan, dan seberapa jauh statistik telah
tertinggal, tetapi diperlukann penelitian khusus untuk
mengumpulkan informasi rinci mengenai penyebaran pesan melalui kepala desa,
mengenai kemacetan pekerjaan, dan mengenai kekurangan dana atau vaksin, yang tidak
akan dicatat secara otomatis.
Jenis tugas khusus seperti ini paling baik bila
dikerjakan oleh para staf sendiri, sebagai bagian dari pemantauan rutin
terhadap pelayanan dan kegaitan lainnya, yang memang merupakan tanggung jawab
mereka. Dengan melimpahkan
tugas kepada mereka, manajemen memberi kesempatan agar para staf menjadi orang pertama yang
mengetahui keberhasilan dan kegagalan mereka, dan agar menyesuaikan kinerja mereka
bilamana perlu.
Membandingkan Pengamatan dengan Norma dan Standar
Pada umumnya,
kinerja dinilai dalam
hubungannya dengan target operasional atau target waktu, dan penilaian terutama didasarkan
pada pemantaun rutin kegiatan program; dengan demikian,
pembandingan kinerja yang diharapkan dengan yang didapatkan bukan merupakan hal
yang sulit. Biasanya diperdebatkankan bahwa,
untuk menghindari bias, tugas ini sebaiknya dikerjakan oleh pimpinan dan bukan
oleh anggota staf. Namun, bila fungsi manajemen terbagi kepada semua anggota
staf, dan bila norma kinerja dna target manajemen terbagi kepada semua anggota
staf, dan bila norma kinerja dan target telah disteujui bersama oleh staf yang
berkepntingan dan pemimpin tim, penilaian kinerja anggota dapat dipercayakan
kepada anggota staf sendiri (dapat dikaji ulang dan harus disetujui oleh
petugas yang bertanggung jawab). Penentuan waktunya harus memenuhi aturan
administrasi nasional.
Menilai seberapa jauh kinerja staf telah sesuai dengan
standar yang diinginkan
Perbandingan
antara kinerja dengan nroma dan target memerlukan interpretasi
karena dua hal. Pertama, tidak semua
aspek kinerja staf sama pentingnya dan, kedua keberhasilan di satu daerah harus
ditimbang terhadap kegagalan di tempat lain. Di sini orang yang mengevaluasi
perlu memberikan penilaian secara hati-hati dan mungkin memerlukan informasi
serta hasil ujian pengetahuan dan keterampilan sebelum mencapai kesimpulan.
Untuk membuat penialian ini, pemimpin tim harus
mempertimbangkan beberapa kemungkinan penyebab buruknya kinerja koordinasi
anggota staf, memungkinkan penyebab buruknya kinejra koordinasi anggota sta,
mengumpulkan sejumlah penjelasan tidak resmi mengenai masalah ini, dan
menyimpukan bahwa kemampuan koordinasinya dapat ditingkatkan dengan
pelatihan. Bagaimanpun, pemimpin tim
ingin agar anggota staf mengenai kebutuhan utamanya. Nyatalah dalam contoh ini
bahwa penilaian merupakan tanggung jawab
pemimpin tim. Bagaimanapun, penilaian serupa harus dilakukan dalam
diskusi terbuka bersama seluruh staf.
Memutuskan Langkah Selanjutnya
Seperti telah
dilihat di atas, salah satu keputusan yang mungkin diambil setelah
penilaian terhadap kinerja staf
adalah pelatihan lebih lanjut. Hal ini mungkin memerlukan analisis
lebih lanjut mengenai kejadian atau mengenai rantang kemapuan anggota staf. Namun,
keputusan seperti itu juga sering akan mempengaruhi kegaitan program. Hal penting yang harus diperlihatkan oleh
keputusan apapun adalah bahwa penilaian terhadap kinerja staf tidak dimaksudkan
untuk merugikan staf, tetapi lebih kepada meningkatkan efeisiensi, efektivitas
dan akhirnya kepuasan kerja tim. Tanggung jawab terhadap pengambilan
keputusan tersebut berada pada pemimpin, tetapi pemimpin tim yang bijaksana
akan selalu mengikusertakan anggota staf yang bersangkutan dalam pengambilan
keputusan.
3.4
Mengevaluasi Penggunaan Sumber Daya
Konsep dan metode pemantauan dan pengawasan telah diperkenalkan sebagai
perangkat manajemen untuk mengambil keputusan sehari-hari tentang alokasi
sumber daya. Bila demikian, apa
tujuan evaluasi, dibandingkan dengan pemanatauan dan pengendalian,
terhadap penggunaan sumber daya? Dalam hal ini, evaluasi berbeda dengan
pemantauan karena ia menekankan bagaimana pemakaian sumber daya
sehubungan dengan hasil yang dicapai selama jangka waktu tertentu, katakanlah,
satu tahun, dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan berikut:
·
Dapatkah sumber daya mencapai hasil atau keluaran
yang lebih baik?
·
Dapatkah hasil dicapai dengan menggunakan lebih sedikit
sumber daya?
Pertanyaan-pertanyaan ini sesungguhnya merupakan dua sisi
mata uang yang sama: dalam istilah manajemen, yang pertama berkenaan dengan
‘efektivitas biaya’ (cost effectiveness) dan yang kedua dengan
‘efisiensi biaya’ (cost – effeciency).
Beberapa aspek praktis dari konsep tersbeut di bahas
dalam bagian ini, mengikuti limalangkah seperti yang digunakan dalam bagian
terdahulu:
-
Menentukan aspek apa dari penggunaan sumber daya yang
akan dievaluasi
-
Mengumpulkan informasi yang diperlukan
-
Membandingakn penggunaan sumber daya dengan norma dan
standar
-
Menilai derajat pencapaian orma
-
Menentukan langkah selanjutnya
Menentukan Aspek Apa dari Penggunaan Sumber Daya yang
Akan Dievaluasi
Salah satu
ukuran yang paling berguna dalam penggunaan sumber daya adalah ‘besarnya sumber
daya tertentu yang diapkai untuk mengerjakan sejumlah satuan kerja atau
mencapai sejumlah satuan hasil’. Ini sebenarnya lebih sederhana daripada yang
terdengar, dan setara dengan perkataan: ‘sepeda motor saya berjalan 100
kilmeter menghabiskan 2 liter bahan bakar” yang merupakan contoh dari ‘biaya
satuan’ (unit cost) dalam hal pemakaian bahan bakar. Untuk memilih
‘biaya satuan’ untuk mengevaluasi penggunaan sumber daya dalam hubungannya
dengan hasil dan keluaran perlu dikenali hasil atau keluaran yang penting serta
sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai atau menghasilkannya. Hal ini, lagi-lagi
merupakan penerapan dari prinsip ‘manajemen dengan pengecualian’
mencari hal yang paling penting yang perlu dikerjakan dengan mengerjakannya
lebih dulu. Pada prinsipnya, rencana harus menyebutkan secara spesifik bahwa
program akan dipantau dan dievaluasi dalam ahl efisiensi biayanya berdasarkan
hal ini.
Mengumpulkan Informasi yang Perlu
Mengumpulkan informasi mengenai biaya dengan cara ini
akan menghasilkan perbandingan yang telah sahih. Namun, pengukuran biaya
merupakan tugas akuntansi, dan hanya sedikit, kalaupun ada, staf kesehatan yang
terlatih untuk ini. Bila sejak permulaan
inigin dilakukan evaluasi penggunaan sumber daya, maka sedikit banyak harus
diterapkan ketermapilan pembukuan secara kontinyu sepenjang pelaksanaan
program.
Membandingkan Penggunaan Sumber Daya dengan Norma dan
Standar
Norma dan standar untuk penggunaan sumber daya tidak
dapat ditetapkan sebelumnya, keduanya akan muncul sebagai hasil evaluasi. Dalam
menjawab pertanyaan “Dapatkah sumber daya ini menghasilkan lebih banyak?”,
hasil terbanyak yang dipeorleh per unit sumber daya akan menjadi norma; sebaliknya,
pertanyaan “dapatkah hasil sebesar itu didapatkan dengan menggunakan lebih
sedikit sumber daya?” akan menghasilkan norma yang sertara dengan biaya
terendah per unit hasil. Biaya dan cakupan diperbandingkan, dan
evaluator harus melakukan penilaian yang teliti. Tugas ini memelrukan
waktu, dan ketermapilan serta informasi yang tidak mudah didapatkan; evaluasi
seperti ini biasanya memelrukan bantuan dari administrasi kesehatan.
Menilai Derajat Pencapaian Norma
Bila pendekatan termurah untuk mencapai hasil tertentu
telah ditentukan, terciptalah untuk memeriksa pendekatan lain. Demikian juga,
bila hasil tertinggi dipeorleh dari sejumlah tertentu sumber daya telah
ditentukan, dapat dibicarakan bagaimana hasil yang rendah dicapai. Pertimbangan
semacam ini penting untuk meningkatkan strategis program, tetapi siapa yang
mengerjakannya, dimana dan kapan akan bergantung pada susunan admnistrasi
negara masing-masing.
Menentukan Penggunaan Sumber Daya Pada Masa Mendatang
Dari keputusan-keputusan yang
mungkin timbul dari pertimbangan tersebut, salah satunya mungkin adalah
menghentikan suatu komponen program bila terbukti memerlukan biaya yang
jauh melebihi apa yang akan dicapianya. Jenis keputusan kedua dapat berupa
penurunan target cakupan yang terlalu tinggi untuk masa mendatang bila tidak
ada sumber daya tambahan yang dapat diperoleh. Jenis keputusan ketiga adalah
mencoba mempengaruhi pihak berwenang untuk meningkatkan anggaran sehingga tim
kesehatan dapat memenuhi targetnya. Keputusan-keputusan seperti ini biasanya
dibuat di tingkat yang lebih tinggi daripada tim kesehatan, tetapi tim kesehatan
harus sadar mengenai kegunaan evaluasi bagi proses pengambilan
keputusan dan harus didorong untuk mengajukan pertanyaan yang relevan.
3.5
Audit Manajemen
Audit manajemen adalah metode untuk
mengkaji ulang kegiatan
manajemen; audit ini merupakan suatu daftar periksa yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan manajemen. Audit manajemen
dapat digunakan sebagai alat oleh pekerja kesehatan yang memiliki fungsi
manajemen untuk memeriksa kegagalan atau keberhasilan mereka sendiri, atau
dapat juga dipakai oleh pengawas untuk menilai efisiensi manajemen suatu
organisasi. Prosesnya dapat sangat rumit, mencakup setiap aspek organisasi manajemen,
atau sangat sederhana, menanyakan beberapa pertanyaan yang dibuat dengan
seksama untuk mengungkapkan standar umum organisasi dan efisiensi. Suatu audit manajemen merupakan
ringkasan dari semua proses pengendalian operasional. Bila
audit manajemen diulang, hasil tindakan yang dilakukan setelah audit sebelumnya
harus dicatat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar